Pertumbuhan Neo Klasik Menurut Robert Solow
Robert Solow adalah ahli ekonomi yang memenangkan hadiah
nobel pada tahun 1987. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan
tercapai jika ada pertumbuhan output. Pertumbuhan output terjadi jika dua
faktor input, yakni modal dan tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor
teknologi dianggap konstan (tidak berubah).
|
Robert Solow |
Adapun yang tergolong sebagai modal
adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer, bangunan dan uang. Dalam
memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bias dikombinasikan dalam berbagai
model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam rumus sebagai berikut:
Q = f (C.L)
Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)
Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan
tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara
mengombinasikan modal dan tenaga kerja.
Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian
teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat
berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert
Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.
Model Pertumbuhan Neo Klasik
Model Solow sebagai salah satu model pertumbuhan ekonomi
memberikan analisis statis bagaimana keterkaitan antara akumulasi modal,
pertumbuhan populasi penduduk, dan perkembangan teknologi serta pengaruh
ketiganya terhadap tingkat produksi output. Model ini memberikan jawaban atas
pertanyaan mengapa perekonomian di suatu negara bisa tumbuh lebih cepat
daripada pertumbuhan ekonomi di negara lain.
Teori yang dicetuskan oleh Robert Solow tentang pertumbuhan
ekonomi dimulai dengan melakukan asumsi dasar tentang neoklasikal fungsi
produksi dengan decreasing returns to capital. Dimana rates of saving dan
pertumbuhan populasi adalah faktor yang eksogenous. Kedua variabel itulah
menentukan kondisi steady-state level of income. Karena masing-masing
negara memiliki kondisi saving rate dan pertumbuhan populasi yang
berbeda, maka berbeda pula tingkat steady state di negara-negera
tersebut. Semakin tinggi tingkat saving, semakin kaya negara tersebut. Dan
Semakin tinggi tingkat population growth, semakin miskinlah negara tersebut.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam
model Solow sebagai berikut :
a) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja ditentukan secara
eksogen,
b) Fungsi produksi merupakan fungsi dari Modal dan
tenaga kerja
c) Investasi dan tabungan merupakan bagian yang tetap dari
output.
Constant return to scale
Asumsi pertama model
neoklasik adalah dengan menganggap tidak ada perubahan pada angkatan kerja dan
teknologi ketika terjadi proses akumulasi modal dalam perekonomian di suatu
negara. Proses akumulasi modal ini nantinya hanya ditentukan oleh penawaran
dan permintaan terhadap barang. Dalam model ini, output bergantung pada
persediaan modal dan jumlah tenaga kerja. Untuk memudahkan analisis, kita
nyatakan seluruh variabel dalam perekonomian per tenaga kerja yang menunjukkan
jumlah output per tenaga kerja sebagai fungsi dari jumlah modal per tenaga
kerja.
Pada setiap modal, fungsi tersebut menunjukkan berapa banyak
output yang diproduksi dalam perekonomian. Dari fungsi produksi ini, jika kita
derivasikan satu kali, akan diperoleh marginal product of capital (MPK)
yang didefinisikan sebagai seberapa banyak tambahan output yang
dihasilkan oleh seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal tambahan.
ketika nilai modal rendah, rata-rata pekerja hanya memiliki
sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit modal tambahan akan begitu
berguna dan dapat memproduksi output tambahan lebih banyak. Ketika nilai modal
tinggi, rata-rata pekerja memiliki banyak modal, sehingga satu unit tambahan
modal hanya akan sedikit menghasilkan output tambahan.
Investasi dan Konsumsi dalam
Keseimbangan
Peranan permintaan terhadap barang dalam model neoklasik
berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain, output per pekerja
merupakan jumlah dari konsumsi per pekerja dan investasi per pekerja. Dalam
model neoklasik, diasumsikan setiap tahun seseorang akan menabung sebagian dari
pendapatan mereka dengan nilai tetap dan mengkonsumsi sebesar selisih nilai
pendapatan dengan tabungan tersebut, yang merupakan bentuk fungsi konsumsi
sederhana.
Untuk melihat pengaruh fungsi konsumsi tersebut terhadap
investasi, kita substitusikan asumsi di atas ke dalam identitas perhitungan
pendapatan nasional, sehingga diperoleh bahwa tingkat investasi sama dengan
tabungan. Jadi secara tidak langsung, tingkat tabungan menunjukan seberapa
besar bagian output yang dialokasikan untuk investasi.
Seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi, persediaan
modal akan mengalami perubahan. Perubahan ini dapat bersumber dari dua hal :
investasi dan depresiasi. Investasi berupa perluasan usaha dan penambahan
modal, sedangkan depresiasi mengacu pada penggunaan modal sehingga persediaan
modal berkurang. persediaan modal yang dimiliki dengan akumulasi modal
baru. Untuk memasukkan depresiasi ke dalam model, kita asumsikan bahwa sebagian
dari persediaan modal menyusut setiap tahun (tingkat depresiasi). Dengan
demikian, kita bisa menyatakan dampak investasi dan depresiasi terhadap
persediaan modal merupakan perubahan persediaan modal antara satu tahun
tertentu ke tahun berikutnya.
Dengan demikian semakin tinggi persediaan modal, maka
semakin besar jumlah output dan investasi. Namun, semakin tinggi persediaan
modal, maka semakin besar pula jumlah depresiasinya. Ketika perekonomian berada
di dalam kondisi tertentu, yakni pada saat jumlah investasi sama dengan jumlah
depresiasi, persediaan modal dalam perekonomian dinyatakan dalam keseimbangan.
Kondisi ini disebut steady state level of capital, dimana persediaan
modal dan output berada dalam kondisi mapan sepanjang waktu (tidak akan
bertumbuh ataupun menyusut). Dari sini juga kita dapat mengetahui berapa
tingkat modal per pekerja pada kondisi steady state. Kondisi steady
state ini, dengan kata lain, menunjukkan ekuilibrium perekonomian di
jangka panjang.
Pengaruh Tabungan Terhadap
Pertumbuhan
Model neoklasik menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah
determinan penting dari persediaan modal pada kondisi steady-state. Dengan
kata lain, jika tingkat tabungan tinggi, maka perekonomian akan mempunyai
persediaan modal yang besar dan tingkat ouput yang tinggi, serta sebaliknya.
Dasar dari model Solow inilah yang kemudian banyak dikaitkan dengan kebijakan
fiskal. Defisit anggaran yang terjadi terus-menerus dapat mengurangi tabungan
nasional dan menyusutkan kemampuan berinvestasi. Konsekuensi dalam jangka
panjang, yakni rendahnya persediaan modal dan pendapatan nasional.
Dalam kaitannya dengan tingkat pertumbuhan, menurut Solow,
tingkat tabungan yang lebih tinggi hanya akan meningkatkan pertumbuhan untuk
sementara sampai perekonomian mencapai kondisi steady-state baru yang lebih
tinggi dari sebelumnya. Jika perekonomian mempertahankan tingkat tabungan yang
tinggi, maka hal itu hanya akan mempertahankan persediaan modal yang besar dan
tingkat output yang tinggi tanpa mempertahankan tingkat pertumbuhan yang
tinggi.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi
http://ratioatmadja.blogspot.com/2014/05/teori-pertumbuhan-ekonomi-neo-klasik.html