Penalaran Ilmiah
Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir
yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Proposisi
Proposisi adalah
pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antarasubjek dan predikat. Dengan
kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat
atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat
harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat
berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu
dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang
netral.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4
kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas
Inferensi
dan Implikasi
Interferensi
Alwasilah
(1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman
dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya
kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain
mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu,
Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek
kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan
kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna
(semantik) (Suwito,1985:55). Menurut pendapat Chaer (1998:159) interferensi
pertama kali digunakan oleh Weinrich untuk menyebut adanya perubahan sistem
suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
Interferensi mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa
dengan memasukkan sistem bahasa lain. Serpihan-serpihan klausa dari bahasa lain
dalam suatu kalimat bahasa lain juga dapat dianggap sebagai peristiwa
interferensi. Sedangkan, menurut Hartman dan Stonk dalam Chair (1998:160)
interferensi terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran
bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua.
Implikasi
Perhatikan
pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”,
jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa
hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas kita tulis sebagai:
“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara
terasa hangat”.
“Matahari bersinar berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar hanya jika udara terasa
hangat”.
Berdasarkan
pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah
cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar
merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk
menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara
menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari
bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar
Penfertian Wujud Evidensi
Yaitu Unsur yang
paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta
yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan
sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan
pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi,
ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta
adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.
Cara
Menguji Fakta
Untuk menetapkan
apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan
penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan
bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta
tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan
diambil. Cara menguji fakta ada dua yaitu :
1.
Konsistensi
2.
Koherensi
Cara Menguji Otoritas
Metode ini
digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat
digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman
orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi ke bulan untuk
mengetahuitentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada
dosennya atau orang yangmempunyai pengalaman dalam bidangnya.
Berpikir Deduktif
Pengertian
Berpikir Deduktif
Deduksi berasal
dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari
keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah
cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum
lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Corak berpikir
deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme
alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik
kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu
premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pengertian deduktif adalah pengambilan kesimpulan untuk suatu
atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada suatu fakta umum. Metode ini
diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan.
Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran
Deduktif:
Di dalam penalaran deduktif terdapat
entimen macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,
silogisme alternatif dan silogisme entimen.
Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial : Silogisme yang
terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan
predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut
term minor.
Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis : Silogisme yang
terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis : bila premis
minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila
minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Silogisme Alternatif
Silogisme Alternatif : Silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis
minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak
alternatif yang lain.
Entimen
Silogisme ini
jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan.
Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Berpikir
Induktif
Pengertian
Berpikir Induktif
Metode berpikir
induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu,
penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang mempunyai ruang yang kusus dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Penalaran secara induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup
yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.
Penarikan
kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan
mengenai benyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan
yang bersifat umum. Misalnya, jika kita ingin mengetahui berapa penghasilan
rata-rata perbulan petani kelapa sawit di Kabupaten paser, lantas bagaimana
caranya kita mengumpulkan data sampai pada kesimpulan tersebut. Hal yang paling
logis adalah melakukan wawancara terhadap seluruh petani kelapa sawit yang ada
di Kabupaten Paser. Pengumpulan data seperti ini tak dapat diragukan lagi akan
memberikan kesimpulan mengenai penghasilan rata-rata perbulan petani kelapa
sawit tersebut di Kabupaten Paser, tetapi kegiatan ini tentu saja akan
menghadapkan kita kepada kendala tenaga, biaya, dan waktu.
Generalisasi
Merupakan penarikan kesimpulan umum dari
pernyataan atau data-data yang ada.
Dibagi menjadi 2 :
a. Generalisasi Sempurna / Tanpa
loncatan induktif
Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan, besi memuai.
- Jika dipanaskan, baja memuai.
- Jika dipanaskan, tembaga memuai.
- Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b. Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan
loncatan induktif
Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh :
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa
Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita
simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
Hipotesis
dan Teori
Hipotesis: proposisi yg masih perlu
diuji
Teori: proposisi yg telah teruji.
Contoh :
- Semua kucing yang bermata biru adalah tuli (Darwin dalam ilmu biologi)
- Tidak ada hewan yang bertanduk dan berkuku telapak adalah pemakan daging
- Anak kecil yang pernah terluka jari-jarinya karena bermain-main dengan pisau akan berhati-hati bila di saat lain dia menggunakan pisau
- Ilmu ilmu kealaman semuanya disusun berdasarkan generalisasi tidak sempurna, demikian pula ilmu sosial
Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta.
Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda
namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi :
- Meramalkan kesamaan.
- Mengelompokkan klasifikasi.
- Menyingkapkan kekeliruan.
Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real madrid.
Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan
dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a. Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang
dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di tangga,
Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b. Akibat ke sebab = Dari peristiwa yang
dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya.
Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah
karena memukul papan itu.
c. Akibat ke akibat = Dari satu akibat
ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.
Induksi
dalam Metode Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan
paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk
menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat,
akurat, dan padat.
Proses penalaran
terbagi atas dua kelas besar yaitu induksi dan deduksi. Masing-masing corak
dapat dibagi lagi menjadi sejumlah corak penalaran yang tercakup dalam kedua
corak utama itu. Dalam uraian mengenai eksposisi telah dikemukakan pula dalam
sejumlah metode. Untuk mengembangkan suatu karangan yang bersifat ekspositoris.
Pada hakikatnya, semua metode ini juga merupakan proses penalaran yang dapat
dimasukkan dalam salah satu corak penalaran utama.
Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai
dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi
karangan eksposisi.
Sumber:
- http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
- http://aris-riswara.blogspot.co.id/2014/03/tugas-bahasa-indonesia-2-penalaran.html
- http://ennoasriani.wordpress.com/2012/03/09/pengertian-inferensi-dan-implikasi-softskill-tulisan-b-indo-2/
- http://muhammadputraaa.blogspot.com/2014/03/penalaran-proposisi-inferensi-dan.html
- http://carideny.blogspot.co.id/2014/03/induktif-generalisasi-hipotesis-dan.html
- http://dinaanggreini65.blogspot.co.id/2013/10/cara-berpikir-deduktif-dan-induktif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar